Dilansir dari CNBC Indonesia, pada tahun 2022, perekonomian China dikabarkan mengalami penurunan atau lambat. Kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan kedua hanya sebesar 0,4%. Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) China yang dirilis pada Jum’at, 17 July tahun lalu, menyatakan bahwa pertumbuhan PDB tersebut jauh di bawah pertumbuhan pada kuartal I/2022 yang mencapai 4,8%. Catatan itu juga jauh di bawah consensus pasar sebesar 1%. Pertumbuhan yang lambat ini terjadi setelah kota terbesar China, yaitu Shanghai, ditutup selama dua bulan karena memerangi kebangkitan Covid, sehingga mengakibatkan rantai pasokan terganggu dan memaksa pabrik untuk menghentikan operasi. Hal yang sama juga terjadi di ibu kota China yaitu Beijing. Kebijakan nol-Covid dengan penguncian cepat dan karantina yang Panjang untuk menekan penularan malah menghancurkan bisnis dan membuat konsumen gelisah.
Akan tetapi berbeda halnya pada awal tahun 2023. Dilansir dari CNBC Indonesia, pembukaan kembali ekonomi China menjadi isu yang menuai sorotan dari pemimpin dunia, politisi, ekonom hingga pengusaha yang tengah berkumpul di World Economic Forum, Davos. Di tengah prospek ekonomi global yang suram pada tahun 2023 dan seterusnya, pemulihan ekonomi China yang terus meningkat menyusul pelonggaran Zero Covid Policy menjadi harapan untuk pertumbuhan ekonomi dan globalisasi yang tengah diancam fragmentasi. China mungkin telah menandai satu tahun pertumbuhan ekonomi terburuk dalam catatan, tetapi data jangka pendek Negeri Tirai Bambu menunjukkan pemulihan yang lebih baik dan lebih cepat dari yang diharapkan.
Seperti diketahui, perekonomian China hanya tumbuh 3% selama 2022. Ini adalah tingkat pertumbuhan paling lambat kedua yang pernah terlihat sejak 1976. Namun, data ekonomi triwulan dan bulanan, semuanya melebihi ekspektasi, meskipun investor semakin khawatir atas lonjakan infeksi yang terlihat secara nasional karena China mencabut beberapa pembatasan Covid yang ketat untuk membuka Kembali ekonominya. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa penghapusan Kebijakan Nol-Covid (Zero Covid Policy) di Tiongkok diperkirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Meskipun demikian, BI tetap memangkas proyeksi pertumbuhan global. “Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3% dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6%,” katy Perry dalam konferensi pers hasil RDG BI, dikutip Jum’at (20/01/2023).
Dengan pulihnya Kembali ekonomi China, hal ini tentu menjadi peluang baru bagi para importir, khususnya para importir yang biasa mengimpor barang-barang dari China. Karena, dengan bangkitnya ekonomi China, otomatis kegiatan produksi di negara tersebut akan meningkat. Hal ini berdasarkan prediksi Morgan Stanley mengenai ekonomi China pada bulan desember 2022 yang dilansir dari CNBC Indonesia, bahwa ekonomi China diperkirakan mengalami rebound pada tahun 2023, seiring dengan pelonggaran kebijakan sero-covid. Ia juga menaikkan perkiraan untuk Produk Domestik Bruto (PDB) China pada tahun 2023 menjadi 5,4% dari perkiraan sebelumnya sebesar 5%, menurut catatan sebuah penelitian. Oleh karena itu, di awal tahun 2023 ini produksi China akan meningkat kembali dan China mulai mengimpor kembali barang-barang hasil produksinya.
Demikian informasi yang kami sampaikan mengenai ekonomi China. Tentu saja, sebagai seorang importir ini menjadi peluang baru bagi Anda. Anda mendapatkan kembali peluang untuk menentukan barang pilihan yang ingin Anda impor, dan tentunya dengan harga yang kompetitif sehingga menjadi peluang bagi Anda untuk meraih penghasilan yang besar lagi. Maka dari itu, pastikan Anda tidak melewatkan kesempatan ini.