Pada bulan November Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. KTT G20 merupakan forum multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). Dalam pertemuan tersebut, terjadi beberapa kesepakatan bahwa negara-negara anggota setuju untuk tidak melarang atau membatasi ekspor produk pangan dan pupuk.
Bagaimanapun juga impor bahan pangan masih sangat dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan domestik suatu Negara. Pun begitu dengan Indonesia, Negara kita masih harus impor hasil pangan seperti beras, jagung, gandum, kedelai, cabai, hingga bawang. Hal ini karena kebutuhan domestic di Indonesia banyak.
Berikut ini 5 besar komoditas pangan yang diimpor Indonesia Menurut laporan Badan Pusat Statistik ( BPS ) :
Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) volume impor kedelai mencapai 2,49 juta ton senilai US$1,48 miliar, dan merupakan impor terbesar di Indonesia dalam kategori pangan. Kegemaran masyarakat Indonesia mengonsumsi tahu, tempe dan kecap, membuat kedelai menjadi komoditas impor yang paling besar. Kebutuhan akan kedelai pada tahun ini diperkirakan 2,983 juta ton, sementara produksi kedelai lokal pada tahun 2022 diperkirakan hanya 200.315 ton. Sehingga membuat impor kedelai hampir 90% dari kebutuhan domestik di Indonesia.
Pada tahun 2022 ini Indonesia mengalami kekurangan stok bawang putih sebesar 366,9 ribu ton dari total kebutuhan tahunan 621,88 ribu ton. Kekurangan stok ini disebabkan karena iklim di Indonesia yang sulit melakukan produksi bawang putih dengan jumlah banyak, karena bawang putih merupakan jenis komoditas Negara sub tropis.
Indonesia banyak mengimpor daging sapi dari Australia. Kebutuhan akan daging sapi di Indonesia sebanyak 706,38 ribu ton, sementara di domestik hanya bisa menyediakan 706,38 ribu ton. Oleh sebab itu perlu tambahan pasokan impor 193,22 ribu ton.
Indonesia impor gula dari Australia, Thailand, Brasil, Korea Selatan dan Jerman. Meskipun Indonesia mempunyai lahan yang cukup luas untuk perkebunan tebu, namun produktivitas tebu yang dihasilkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu sebanyak 3,21 juta ton. Ketersediaan gula di Indonesia hanya 2,98 ton sehingga Indonesia mengalami defisit gula 234,69 ribu ton.
Gandum sukar untuk tumbuh di Indonesia karena kontur tanah yang berbukit dan iklim tropis kurang cocok untuk tanaman gandung sehingga Indonesia harus mengimpor gandum dari Negara lain. Di Indonesia sendiri, kebutuhan akan gandum cukup tinggi karena untuk bahan baku mi, kue, roti, bakso, makanan ringan dan lain – lain. Menurut BPS impor gandum mencapai 4,35 juta ton.
Peningkatan impor pada akhir tahun mengalami kenaikan signifikan seiring adanya libur natal dan tahun baru yang mendorong konsumsi masyarakat Indonesia.